“Segala ungkapan tentangnya sungguh kunikmati, ia mempesona, wangi semerbak seumpama kesturi kala ia bicara.
Tak kudengar dari yang duduk di sampingku kecuali pembicaraannya saja
aku tergugu meskipun amirul mukminin bersamaku, aku tak mampu berpaling
dari pujaan hatiku jika aku harus beranjak darinya, aku akan selalu
menoleh ke arahnya dan berjalan tak menentu, pandanganku masih padanya.
Kala kumenjauh darinya seumpama orang yang berjuang melawan gelombang
menenggelamkan, kala kau berucap, mungkinkah kau tembus angkasa?
kujawab, ya, meski kutak tahu lewat tangga mana ku sampai kesana.”
____________________________________________________________
“Sungguh, cinta sejati tak lahir dalam kejapan
Ia lahir bukan oleh paksaan
Sungguh, cinta sejati berjalan lamban dan pelan
Ia berjalan dalam paduan panjang dan pancangan tiang
Cinta sejati lahir karena mantapnya niat
Teguhnya tujuan
Cinta sejati takkan sirna dan pudar ikatan
Lihatlah! Bagaimana yang tumbuhnya cepat
Ia segera tumbang dan sekarat
Lihatlah! Aku ini tanah gersang
Tak gampang bagi tanaman tumbuh dan berkembang
Tapi sekali tanaman bertahan, ia tak gampang tumbang
Atau dirobohkan, karena akarnya kuat mencengkram.”