Sabtu, 01 Juni 2013

Kado Milad untuk Mas Farabi


Seorang gadis manis dengan sebuah novel islami di pangkuannya tampak khusyuk menyimak alur cerita dari buku yang ia baca. Jilbab langsung pakai warna merah muda yang melekat manis menghiasi kepalanya tampak bergerak tertiup angin, tatkala sebuah suara memanggilnya.
 
“Sarah, ayo masuk! Siang-siang gini kok di luar, apa gak panas?”

“Iya,Ma. Sebentar.” Balas Sarah, sembari menggapai tongkat di samping kanan tempatnya duduk saat ini.

Yaahhh, inilah nasib gadis yang baru genap berusia 15 tahun itu. Karena sebuah kecelakaan motor yang ia alami 1 tahun lalu, sekarang kemanapun ia pergi harus menggunakan tongkat untuk menyangga tubuhnya. Saat itu Sarah baru saja merayakan kelulusannya dari Sekolah Menengah Pertama, dan sebagai hadiah, farabi mengajak adik kesayangannya itu pergi jalan-jalan. Kakak beradik ini memang begitu dekat, tidak ada yang mereka tutupi satu sama lain. farabi sangat sayang dengan adik satu-satunya itu, dan seringkali memanjakannya. Kala itu, farabi tidak menyadari saat di depannya ada sebuah truk yang mengalami ban bocor yang tiba-tiba berhenti, alhasil dia-pun tidak bisa menghindar karena laju motor Tiger-nya yang terlampau kencang. Dan kejadian itu merenggut kaki kanan Sarah.
Suatu kenyataan yang sangat pahit memang, tapi Sarah menerimanya dengan berbesar hati. Bahkan dia tidak mau menampakkan air mata kepedihannya sedikitpun di hadapan keluarganya.

“Sarah, mas minta maaf yaa, ini semua memang karena kelalaian mas.” Ucap farabi sesaat setelah Sarah menjalani operasi kala itu, dengan mata berkaca-kaca.

“Ndak kok mas, ini semua sudah jadi kehendak Allah. Toh, Sarah masih lebih beruntung, karena masih punya satu kaki yang sempurna, sedangkan diluar sana bahkan ada yang kehilangan kedua kakinya.” Ucap Sarah ketika itu dengan senyuman manis yang disambut pelukan dari farabi.

“Kamu memang seperti bidadari, Dek!” ujar farabi lirih tepat di telinga saudara tunggalnya itu. Sarah yang sedang duduk di kursi roda hanya tersenyum, walaupun sebenarnya hatinya merintih.

***


 Sarah, adik farabi yang berhati peri

Tapi beberapa bulan setelah kejadian itu farabi mulai berubah, dia kini tak pernah lagi mengajak Sarah pergi refreshing. Bahkan ke taman yang ada di kompleks perumahan-pun farabi seringkali tak mau. Hubungan adik-kakak ini pun menjadi semakin renggang saat farabi di terima kerja di sebuah surat kabar terkemuka di kotanya. Sarah merasakan semua perubahan dari diri kakaknya ini, tapi dia hanya menyimpannya dalam hati. Kerinduan akan kebersamaannya dengan farabi menggiringnya masuk ke kamar berukuran 4×4, yang di dindingnya di penuhi oleh foto seorang gadis cilik dengan bocah lelaki, “itu Sarah dan mas farabi pas liburan di Jogja.” Gumamnya lirih, sembari mengusap lembut sebuah foto yang berbingkai kayu.
Ruangan ber-cat putih inilah yang menjadi tempat singgahnya setiap kali omelan mama tertuju padanya, dan disana juga banyak ia habiskan waktu bersama kakak semata wayangnya itu. Mulai dari main video game, nonton film horror, sampe bareng-bareng bikin contekan buat ujian.

“Mas, Sarah kangen,kenapa mas farabi berubah?” Ucapnya lirih, tak terasa pipinya telah basah oleh linangan air mata. Sepersekian detik mata Sarah tertumbuk pada sebuah buku catatan bersampul kulit yang dibiarkan terbuka. Mata jelinya mulai membaca kata demi kata yang ada di dalamnya, dia yakin benar bahwa tulisan rapi ini punya farabi.

Usai sholat maghrib berjamaah, Sarah berjalan menuju ruang makan, tempat seluruh keluarganya biasa berkumpul. Sayang, akhir-akhir ini farabi semakin jarang makan malam di rumah, kesibukannya membuat lelaki berusia hampir 25 tahun itu pulang larut malam.

“Ma, mas farabi sekarang sibuk banget ya, berangkat subuh ehh pulangnya malem.” Ucap Sarah, memecah keheningan.

“Yaa, kan mas farabi baru mulai kerja, sayang. Jadi ya, harus rajin-rajin deh, biar di sukai sama bosnya.” Jawab mama sekenanya, sambil menuangkan air ke dalam gelas di hadapan papa.

“Kenapa,Sarah kesepian ya, mas farabi jarang di rumah?” sahut Papa, sambil menatap lurus ke arah anak keduanya itu.

“Hmmm, iya sedikit.” Jawab sarah singkat sambil nyengir kuda. Jujur, sebenarnya Sarah amat sangat kesepian, dan kecewa dengan farabi.Tapi dia coba untuk mengerti, dan berprasangka baik atas perubahan sikap kakaknya itu.
Jam dinding di kamarnya telah menunjukkan pukul 11 malam, tapi Sarah masih juga terjaga, tak ada rasa kantuk sedikitpun ia rasakan. Maka di putuskannya mengambil sebuah buku berwarna hijau limau, buku diary pemberian kakaknya dulu.

Jum’at, 31-05-2013
Pukul 23.03

Hari ini, entah hari keberapa sejak aku merasa mas farabi seperti orang asing. Kakak yang selalu membuat aku bangga setiap berada di sampingnya,dia pintar, ramah, humoris, dan tentu saja ganteng.Kakak yang menghapus air mataku setiap kali aku menangis, kakak yang selalu memelukku saat aku ketakutan,dan kakak yang selalu ada setiap aku membutuhkan perlindungan. Sekarang dia dimana? Dimana mas farabi-ku?
Mas farabi, Sarah kangen…
Kenapa mas berubah? Apa mungkin mas farabi malu mempunyai adik yang tak lagi mempunyai kaki yang sempurna?
Ahhh… itu gak mungkin, mas farabi sayang kan sama Sarah? Maaf ya mas, Sarah jadi su’udzon.
Sarah cuma kesepian, kapan mas farabi menuhi janjinya, katanya mas mau ajak Sarah ke kebun teh lagi kan???

Gadis berkulit putih ini pun segera menutup catatan hatinya hari ini, dan beranjak ke tempat tidur mininya. Sambil menatap ke langit-langit kamarnya yang berwarna biru, Sarah ingat sesuatu “aku mau kasih hadiah yang special buat ulang tahunnya mas farabi nanti” ucapnya lirih, sesaat sebelum matanya terpejam.
Esok hari, setelah pulang dari sekolah, Sarah tak langsung pulang, dia mampir ke sebuah rumah berlantai dua yang terletak beberapa blok dari tempat tinggalnya. Dia mulai menjalankan aksinya, seorang wanita muda berjilbab putih, dengan senyuman memikat datang menghampirinya. Wanita cantik itu bernama Lia Agustina, dan kerab disapa  Lia. Tanpa terlalu banyak berbasa-basi Sarah langsung mengungkapkan tujuannya mendatangi adik kelas kakaknya semasa SMA dulu.

“Mbak  Lia, Sarah cuma mau bilang kalo sebenarnya mas farabi suka sama mbak.” Ucap Sarah dengan memandang lekat kearah Lia

“Sarah, kamu ngomong apa sih,Dek?” balas   Lia  dengan tersenyum kecut, seraya tak percaya dengan apa yang diucapkan gadis 15 tahun di hadapannya itu.

“Sarah serius mbak, mas farabi ternyata sudah lama suka sama mbak Lia .Apa mbak gak suka sama dia?” ujar Sarah selanjutnya.

“Saa..rah, bukan begitu, tapi….
Belum sempat   Lia  menyelesaikan kata-katanya, Sarah sudah memotong,

“Mbak, Sarah sayang sekali sama mas farabi. Sarah pengen kasih kado yang paling special buat dia. Dan kemarin Sarah baca catatannya mas farabi, ternyata mbak Lia adalah cewek yang paling diinginkannya. Sarah, mau mbak jadi kado special buat mas farabi-ku. Kalau mbak Lia belum yakin dengan omongan Sarah, silahkan baca buku catatan mas farabi.” Papar Sarah panjang lebar, tangan kanannya mengeluarkan sebuah buku dari dalam ranselnya.
 Lia -pun mulai membuka, dan membaca buku bersampul coklat itu. Dia sendiri tak pernah mengira jika itu adalah tulisan tangan farabi.Meskipun Lia  pernah menaruh hati pada kakak Sarah ini, tapi dia tak terlalu berharap jika farabi punya perasaan yang sama dengannya. Karena sangat ia sadari, pasti begitu banyak wanita yang menawarkan cinta pada laki-laki itu, yang tentunya jauh lebih baik darinya. Karena itulah, gadis yang baru saja menyelesaikan kuliahnya ini tak mau berangan-angan terlalu jauh untuk mendapatkan simpati farabi.

“Sarah, mbak benar-benar gak tahu harus ngomong apa. ” Jawab  Lia  bingung.

“Mbak tinggal jawab aja kok, bersediakah jadi pendamping kakakku?” tanya Sarah dengan mata berbinar.
Hening sejenak. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, terlebih Lia yang harus mempersiapkan jawaban.

“Hmmm, Sarah, mana bisa mbak Lia  menolak jadi kakak ipar gadis sebaik dan selembut kamu, Sayang…” ucap Lia  sembari menarik Sarah ke dalam pelukannya.
Sarah-pun berteriak gembira mendengar jawaban dari Lia  akhirnya mereka berdua mulai merencanakan sebuah kejutan untuk farabi. Sebuah kejutan untuk peringatan hari kelahiran farabi yang ke 25.
Langit tampak mendung, warna birunya mulai berubah kehitaman. Sebenarnya Lia  menawarkan diri mengantar Sarah, dia tak tega jika gadis kecil itu harus berjalan tertatih dengan bantuan tongkat di tangannya. Tapi Sarah menolak tawaran itu dengan halus, jadi tak ada yang bisa diperbuat Lia. Hujan rintik mulai berubah deras, padahal Sarah belum sampai di blok rumahnya, maka ia putuskan berteduh di bawah pohon. Kilat silih berganti mewarnai derai hujan yang tak kunjung reda, hingga akhirnya sebuah petir menggelegar, menyambar pohon yang tampak rapuh dimakan usia, sehingga tumbang memenuhi badan jalan.
Seorang gadis berseragam putih abu-abu, terjerembab jatuh tertimpa batang pohon yang tumbang. Matanya sedikit demi sedikit mulai terpejam, tak kuat lagi menahan kesakitan.Dan kesadarannya-pun benar-benar hilang, saat beberapa orang mulai menyadari kehadirannya.

***
Angkasa malam-pun semakin pekat, hujan deras sore tadi telah menjelma menjadi rintik gerimis. farabi menatap wajah cantik adiknya yang terlihat begitu merona, walaupun sedang berjuang melawan maut. Seraut wajah yang beberapa bulan ini tak begitu ia perhatikan, bahkan bisa dibilang telah ia abaikan kehadirannya. Hatinya berkecamuk, antara penyesalan dan kemarahan yang ia tujukan pada dirinya sendiri, bibirnya terus berucap asma Tuhannya, memohon untuk kesembuhan gadis kecilnya. Seorang dokter keluar dari ruangan tempat Sarah berbaring,

“Dok, bagaimana keadaan anak saya?” ucap Papa begitu khawatir.

“Bagaimana putri saya dok, dia baik-baik saja kan?” sahut mama dengan untaian air mata di kedua belah pipinya.

“Luka di kepalanya sangat parah, hanya kehendak Tuhan yang bisa membuatnya bertahan.” Papar dokter itu yang disambut tangisan mama yang semakin keras, membuat hati farabi semakin pilu.

“Tapi, anda bisa masuk satu-persatu untuk menemuinya, tapi jangan terlalu lama.”

Mama dan papa mulai bergantian masuk menemui putri kebanggaan mereka yang tengah terbaring tak berdaya, berharap senyum manisnya dapat terkembang kembali. Tibalah giliran farabi, matanya menatap nanar ke arah Sarah berada. Butiran-butiran bening-pun mulai meluncur dari sudut matanya.

“Sarah, bangun dong, mas farabi mau ngajak adek ke kebun teh lo,” ucap farabi dengan suara bergetar, tepat disamping telinga kanan Sarah.

“Maa..sss…” ucap Sarah begitu pelan.

“Saa..rahh,” farabi sangat senang mendengar suara lembut Sarah lagi.

“See..ka..rang, jam bera..pa Mas?”

“Sekarang jam 12 malam, Sarah.” Tutur farabi sambil membelai tangan Sarah lembut.

“See..lamat ulaa..ng tahu..nn, ya Mas.” Lanjut Sarah dengan terbata-bata, yang mebuat farabi menangis sejadi-jadinya. Dalam keadaan hidup dan mati-pun ternyata Sarah masih memperhatikannya. farabi mencium kening adiknya yang terbalut perban,

“Terima kasih, Sarah. Maafkan mas, yang gak pernah bisa menjadi kakak yang baik buat kamu, maafkan mas yang gak pernah punya waktu untuk temenin kamu.”

“Saa..raa..h sa..yang maaa..s Farabiii..i.” Setelah menyelesaikan kata-katanya,wajah Sarah menampakkan kesakitan yang teramat sangat, bibirnya hanya mampu berucap nama Tuhannya. farabi yang berada di sampingnya hanya mampu memeram perih melihat adik kandungnya tengah berjuang di detik terakhir hidupnya.

***
Farabi terduduk di atas kasur tempat Sarah biasanya tidur, kamar bernuansa biru laut ini tak lagi berpenghuni. farabi mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, memandangi wajah gadis kecilnya yang kini hanya dapat ia temui dari lembaran foto. Tangan kanannya menggenggam buku diary Sarah, dari buku inilah dia mengetahui segala isi hati Sarah, mulai dari kekecewaan,kerinduan, dan besarnya rasa sayang adik perempuannya itu kepadanya.

“Mas farabi.” Sebuah panggilan membuyarkan lamunan farabi. Ia pun menoleh ke arah sumber suara

  LiA ?”
Lia Agustina beranjak masuk dan menyerahkan sebuah buku catatan kepada farabi.

“Sarah, yang kasih itu ke aku. Mas farabi sangat beruntung memiliki adik seperti dia. Sarah datang ke rumah, meyakinkan tentang perasaan mas ke aku. Dan ini, kue yang Sarah dan aku bikin untuk ulang tahun mas farabi hari ini”.
Farabii membuka sebuah kartu yang berada di atas box kue, jelas sekali itu tulisan bidadari kecilnya,

Assalamualaikum Mas farabi,

Kakak-ku yang di Rahmati Allah, satu angka kini telah menggenapi usiamu. Tak terasa selama 25 tahun mas farabi selalu memberikan kebahagiaan untuk Sarah. Karena itu, kali ini Sarah punya kado yang sangat special. Aku yakin, mas farabi pasti sangat senang. Sebelumnya, maaffin Sarah ya, udah lancang baca catatan mas. Tapi dari situ aku bisa tahu apa yang kakak ganteng-ku ini inginkan. :p
Sebenarnya mbak Lia  juga suka sama mas kok, mas farabi aja yang terlalu gengsi untuk bilang.Semoga mbak   Rahmi bisa benar-benar menjadi pendamping setia dan kakak ipar yang baik. Oke?! :D
Salam sayang,

Sarah Khoirunnisa

“Ahhh…Sarah, kenapa aku baru sadar telah menyia-nyiakan adik yang berhati peri seperti kamu?” ucap farabi lirih, tangan kanannya menggenggam erat kartu peninggalan Sarah. “Terima kasih, Sarah. Kado bidadari ini akan mas jaga dengan sepenuh hati, seperti apa yang kamu inginkan.” Gumam farabi dalam hati, seraya matanya menatap lurus sosok Lia  yang berada di depannya.